MUTTLA’AH ITIQOD MUSHABIHA,DAN
KESIMPULAN MAZHAB
Kumpulan kometator atas postinga Abu Rumaisha,ini dikumpulkan, semoga ada manfa’atnya :
Simak selanjutnya !
ABU RUMAISHA MENGEFLOORKAN :
Imam Abu Hanifah, dalam kitab Mukhtashar al-Uluw, adz-Dzahabi, di sebutkan, Imam Abu Hanifah ditanya tentang seseorang yang berkata, “Aku tidak mengetahui Tuhanku, apakah Dia di langit atau di bumi?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Dia kafir, karena Allah berfirman, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.’(Thaha: 5), dan ArsyNya di atas langitNya.” Imam Abu Hanifah ditanya lagi, dia berkata, “Aku berkata, Allah bersemayam di atas Arsy, tetapi aku tidak mengetahui apakah Arsy di langit atau di bumi?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Jika dia mengingkari bahwa ia di langit maka dia kafir.”
Kita melihat di sini Imam Abu Hanifah menetapkan sifat istiwa` bagi Allah, bahwa Allah bersemayam di atas ArsyNya, di atas langitNya, beliau menetapkan kekufuran orang yang mengingkari hal ini.
Menetapkan sifat istiwa` bagi Allah sesuai dengan keagunganNya tanpa takyif, tanpa tamtsil dan tanpa tahrif merupakan akidah salaf shalih di bidang Asma` dan Sifat Allah, Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, bahwa Allah di langit sesuai dengan kebesaranNya
1.Abu Rumaisha menjelaskan Postinganya :
Imam asy-Syafi'i, dalam kitab Itsbat Shifat al-Uluw, Ibnu Qudamah, disebutkan bahwa Imam asy-Syafi'i berkata, “Allah Taala memiliki nama2 & sifat2 yg dihadirkan oleh kitabNya, diberitakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya, tidak seorang pun makhluk Allah di mana hujjah telah tegak atasnya patut untuk menolaknya karena al-Qur`an turun dengannya, & pengucapannya dari Rasulullah adalah shahih melalui periwayatan rawi2 yg adil, jika dia menyelisihi setelah itu, setelah tegaknya hujjah atasnya maka dia kafir. Adapun sebelum tegaknya hujjah atasnya maka dia dimaklumi karena tidak tahu, sebab ilmu tentang hal ini bukan melalui akal, bukan pula melalui perenungan, hati dan pemikiran. Kami tidak mengkafirkan seseorang dengannya karena dia tidak tahu kecuali setelah sampainya berita kepadanya. Dan kami menetapkan sifat2 ini, kami menafikan tasybih darinya sebagaimana kami menafikan tasybih dariNya firmanNya, “Tidak ada sesuatu pun yg serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syura: 11).
2.Kamal Com :
Emang abu hanifah ngerti istilah bsemayam? Lancang skali menerjemahkan istawa sama dngn bsemayam. Ente kra quran itu bible y bsa diambl tjemahanny doang
3.Zon Jongol :
mas Abu Rumaisha memang anda mengutip perkataan ulama terdahulu namun permasalahannya anda memahaminya secara otodidak (shahafi) dengan makna dzahir
4.Abdullah Alsyghar :
lucu nih wahabi menyandarkan diri kepada imam abu hanifah.. padaal imam abu hanifah mengayakan
قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.
“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada TANPA PERMULAAN DAN TANPA TEMPAT, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqhul Absath karya Imam Abu Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 20).
baca nih perkataan imam ibnu hajae alhaytami :
وَمَا اشْتُهِرَ بَيْنَ جَهَلَةِ الْمَنْسُوْبِيْنَ إلَى هذَا الإمَامِ الأعْظَمِ الْمُجْتَهِدِ مِنْ أنّهُ قَائِلٌ بِشَىءٍ مِنَ الْجِهَةِ أوْ نَحْوِهَا فَكَذِبٌ وَبُهْتَانٌ وَافْتِرَاءٌ عَلَيْهِ.
“Apa yang tersebar di kalangan orang-orang bodoh yang menisbatkan dirinya kepada madzhab Hanbali bahwa beliau telah menetapkan adanya tempat dan arah bagi Allah, maka sungguh hal tersebut adalah merupakan kedustaan dan kebohongan besar atasnya” (Lihat Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Haditsiyyah, h. 144)
KAUM MUJASSIMAH INI MEMANG SUKA MENYELENGKAN MAKSUD PERKATAAN PARA ULAMA.
4.Si Pitung :
AQIDAH WAHABI..ko bisa sama dengan AQIDAH YAHUDI..
YAH..mohon pencerahan nya..dr para sesepuh ustad2 wahabi.. *Akidah Yahudi : Di dalam naskah kitab Taurat yang sudah dirubah yang merupakan asas akidah Yahudi yang mereka namakan “ SAFAR AL-MULUK “ Al-Ishah 22 nomer : 19-20 disebutkan : و قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عن يمينه و عن يساره “ Dan berkata “ Dengarkanlah, ucapan Tuhan..aku telah melihat Tuhanku duduk di atas kursinya dan semua pasukan langit berdiri di hadapannya dari sebelah kanan dan kirinya “. Dalam kitab mereka yang berjudul “ SAFAR AL-MAZAMIR “ Al-Ishah 47 nomer 8 disebutkan : الله جلس على كرسي قدسه “ Allah duduk di atas kursi qudusnya “. * Akidah wahabi-salafi : Di dalam kitab andalan wahabi-salafi yaitu Majmu’ al-Fatawa Ibnu Taimiyyah al-Harrani imam wahabi juz 4 halaman 374 : إن محمدا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه “ Sesungguhnya Muhammad Rasulullah didudukkan Allah di atas Arsy bersama Allah “. Di dalam kitab “ Syarh Hadits an-Nuzul “ halaman 400 cetakan Dar al-‘Ashimah disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah berkata : فما جاءت به الأثار عن النبى من لفظ القعود و الجلوس فى حق الله تعالى كحديث جعفر بن أبى طالب و حديث عمر أولى أن لا يماثل صفات أجسام العباد “ Semua hadits yang datang dari Nabi dengan lafadz qu’ud dan julus (duduk) bagi Allah seperti hadits Ja’far bin Abi Thalib dan hadits Umar, lebih utama untuk tidak disamakan dengan anggota tubuh manusia “. *Dalam halaman yang sama Ibnu Taimiyyah berkata : إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سمع له أطيط كأطيط الرحل الجديد “ Jika Allah duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara suara saat duduk sebagaimana suara penunggang bintang tunggangan karena beratnya ” Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993, penerbit Dar al-‘Ashimah yang dita’liq oleh Muhammad al-Khamis. *Akidah Yahudi : Di dalam kitab taurat yang sudah ditahrif yang mereka namakan dengan “ SAFAR ISY’IYA “ Ishah 25 nomer 10, Yahudi berkata : لأن يد الرب تستقر على هذا الجبل “ Sesungguhnya tangan Tuhan istiqrar / menetap di gunung ini “ *Akidah wahabi : dalam kitab Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang diterbitkan oleh Maktabah as-Sunnah cetakan pertama halaman 90, al-Utsaimin berkata : و على كل فإن يديه سبحانه اثنتان بلا شك ، و كل واحدة غير الأخرى ، و إذا وصفنا اليد الأخرى بالشمال فليس المراد أنها أنقص من اليد اليمنى “ kesimpulannya, sesungguhnya kedua tangan Allah itu ada dua tanpa ragu lagi. Satu tangannya berlainan dari tangan satunya. Jika kita sifatkan tangan Allah dengan sebelah kiri, maka yang dimaksud bukanlah suatu hal yang kurang dari tangan kanannya “.
5.Abdullah Alsyghar :
“واعلم أن القَرَافي وغيره حكوا عن الشافعي ومالك وأحمد وأبي حنيفة رضي الله عنهم القول بكفر القائلين بالجهة والتجسيم، وهم حقيقون بذلك”
“Ketahuilah bahwa al-Qarafi dan lainnya telah meriwayatkan dari al-Imâm asy-Syafi’i, al-Imâm Malik, al-Imâm Ahmad dan al-Imâm Abu Hanifah bahwa mereka semua sepakat mengatakan bahwa seorang yang menetapkan arah bagi Allah dan mengatakan bahwa Allah adalah benda maka orang tersebut telah menjadi kafir. Mereka semua (para Imam madzhab) tersebut telah benar-benar menyatakan demikian. ( al-Minhâj al-Qawîm ‘Alâ al-Muqaddimah al-Hadlramiyyah, h. 224)
HAYOO.. MASIH BERANI MENETAPKAN ARAH DAN TEMPAT SERTA JISM BAGI ALLAH...????
HERMAN MAULANA :
Sangat jelas apa yang disampaikan Abdullah Al Asyghar,Si Pitung, Awal tiada permulaan ahir tiada kesudahan,itu ujudullah,awal ada permulaan ahir tiada kesudahan,itu ujud Muhammd,yakni Nur Muhammad,Abul Arwah,Awal ada permulaan,ahir ada kesudahan,yakni ujud Adam,atau baharu, mereka megkafirkan kajian ilmu tauhid sifat 20,sehinga tidak mengenal alif ujud alif maujud dan alif amir hamzah.ahirnya mereka bertuhankan kepada mahluk,berjizim.nauzubillah minzalik,katanya mereka menggunakan akal nyatanya tidak. Coba bayangkan Allah Swt ini menciptakan 7 lapis langit dan 7 lapis bumi dalam 6 masa pada bulan syawal, bulan syawal sudah ada disisi perthiungan Allah,bumi dan lagit serta isinya saja belum diciptakan bulan syawal itu sudah ada,,kalao mereka mau berfikir dan meg-iyakan akal mereka degan baik,masyak Allah tergantung pada tempat,tempat seperti arasy adala tempat di mana Tajjali Allah begitu dahsyat,lagi tempat keagungan Allah,padahal tempat itu pada diri manusia itu sendiri secara alam mikrokosmosnya adalah hati orang mukmin.sebagaimana Firmanya Qolbu muk'min baitullah artinya Hati orang mukmin itu arasy Allah tempat tajjali Allah.dialah yang mampu bermakrifat kepada Allah,yang tidak disangupi oleh bumi dan langit sekalipun.
Perkara itu ,pada perso’alanduduk,berdiri,bertagan,bertelinga,bermata,bermulut,dan berada di tempat yang terbatas ,tapi tidak serupah degan mahluk ,coba bayangkan kalo terbatas gerak dan tempat serta nnaik turunya Allah dari langit ke bumi dari bumi ke langit,lebih parah lagi tuhan berambut kerting,gimbal ke emasan. Untuk itulah Yang banyak tersesat umat ini berasal dari Mazhab Hanafi.dan Al-Nedj rujukan asal mazhabnya Mazhab Hanafi dan Hambali yang dibelokan oleh Wahabi ..karena kesempurnaan Mazhab-Mazhab itu ada pada Ahlussunah wal jama'ah yang dibagun oleh Asy'ariyah dan Almaturidiya,sebagimana atau selayakya Kitab Zabur,Kitab Taurot dan Kitab Jinjil kesempurnaanya pada Al-Qur’an,kita mengimani Zabur,taurot dan ijil tapi yang kita pakai adalah Al-Qur’an,karena inti-inti yang haq pada ketiga kitab itu telah melalui proses filterisasi (penyaringan) dan hasil penyaringan itu semua sudah dimasukan dalam Al-Qur’an,demikian pula Mazhab,yakni Mazhab Maliki,Hanafi dan hambali masuk semua hasil filterisasinya ke Mazhab Syafi’I ra.dan ke 4 Mazhab itu adalah Mazhab Ahlussunnah Waljama’ah ,tidak mengitiqodkan seperti itiqod Mutasabiha , Untuk itulah telah bersepakat seluruh ulamak “ Apa bila dikatakan Ahlussunnah Wal-Jama’ah itu adalah Mazhab Asyariyah wal Maturiyah ( mutafaqun alih/Sepakat para ulamak Ahlussunah Wal-Jama’ah).
Munculnya Ahlussunnah Wal-Jama’ah,sebagai riaksi banyaknya firqoh-firqoh yang sesat,pada ahir Abad III Hijriayah,timbulah golongan yang bernama Ahlussunnah Wal-Jama’ah,yang dipimpin oleh Ulama besar dalam usuludin,Sheihk Abu Hasan’Ali Al-Asya’ri dan sheikh Abu Mansur Al Maturidi.
Nama lengkap Imam syafi’I adalah Abu Hasan “Ali bin Ismail bin Abdillah bin Abi Basyar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asya’ri,ketahuilah bahwa Abi Musa Al Asy’ri adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Imam syafi’I di lahirkan di Basrah,Iraq tahun 260 H,yakni 55 tahun sesudah meninggalnya Imam Syafi’I rda,yang juga meninggal di Basrah tahun 324 H,dalam usia 64 tahun.
Abu Hasan “Ali Asya’ri berlajar kepada Ayah tirinya seorang ulamak besar Firqoh Muta’zilah,yakni Sheikh Abu ‘Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jabal ( bukan Wahabi Al-Nedj) yang wafat tahun 303 H,dan beliau bertaubat dari firqoh Mu’tazilah. Kalo Muhammad bin Abdul Wahab Al-Nedji lahir 1115,wafat tahun 1206 H,pembagun Mazhab baru bernama Mazhab Wahabi Al-Nedji) Pidato Abu Hasan ‘Ali Asya’riyah :
Saudara-saudaraku yang terhormat,siapa yang sudah mengetahui saya,baiklah,tetapi bagi yang belum mehetahui maka saya ini adalah Abu Hasan ‘Ali Asy’ari anak dari Isma’il bin Abi Basyar.,Dulu saya berpendapat bahwa Al-Qur’an itu Mahluk,bahwa Tuhan Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat,dan bahwasnya manusia menjadikan,menciptakan perbuatanya serupa degan kaum Mu’tazilah.
Nah sekarang saya nyatakan terus terang bahwa saya telah bertaubat dari faham Mu’tazilah itu seperti saya melemparkan baju saya ini ( ketika itu beliau buka baju dan dilemparkanya) dan saya setiap sa’at siap untuk menolak faham Mu’tazilah yang salah dan sesat itu.(tercatat pada kitab Zhumrul Islam IV hal 67) dari mulai tanggal itu Imam Abu hasan ‘Ali ‘Asy’ri berjuang melawan kaum Mu’tazilah degan lisan dan tulisan,berdebat dan bertanding degan kaum Mu’tazilah di mana-mana,merumuskan dan menuliskan dalam kitab-kitabnya I’tiqod-I’tiqod Ahlussunnah Wal-Jama’ah sehinga nama beliau mashur sebagai seorang ulamak Tauhid yang dapat menundukan dan menghancurkan faham Mu’tazilah yang salah dan sesat itu.
Beliau mengumpulkan sebaik-baiknya dari Al-Qur’an dan Hadist,faham-faham,atau ‘itiqod Nabi Muhammad Saw dan shabat-shahabat Nabi,dipericinya degan sebaik-baiknya,Beliau mengarang buku-buku usuludin banyak sekali,Berkata Imam Zabidi,pengarang kitab Ittihaf Sadatil Muttaqien syarah kitab Ihya’Ulumuddin, Imam Asya’ri ini mengarang sekitar 200 kitab (lihat Ittihaf jilid II halaman 7) diantaranya :
1. Kitab Ibanah fi ushuludiyanah,3 jilid besar
2. Maqaalatul Islamiyin
3. Al-Mujaz,3 jilid besar dan lain-lain
Keistiwemwaan Imam Abu Hasan ‘Ali Asy’ri dalam menegakkan Fahamnya ialah degan menegakkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadist dan juga degan pertimbangan Akal dan fikiran,tidak seperti kaum Mu’tazilah yang berdasarkan pikiranya kepada Akal dan falsafah yang berasal dari Yunani dalam membicarakan usuludin dan juga tidak seperti kaum Mujasimmah ( kaum yang menyerupakan tuhan degan mahluknya) yang memegang arti dari lahiriah dari Al-Qur’an dan Hadist sehinngga sampai mengatakan bahwa Tuhan bertangan,Tuhan bermuka,Tuhan duduk-duduk di “arasy dan lain-lain sebagainya.
Alhamdulillah ,Imam Abu hasan ‘Asya’ri dapat menegakan faham yang kemudian yang dinamai Faham Ahulussunnah Wal-Jama’ah,yakni Faham yang di ‘itiqodkan Nabi Besar Muhammad Saw, chulafairosidin ( Shahabat-shahabat Nabi Muhammd Saw). Pada Abad-abad berikutnya muculah ulamak-ulamak besar kaum Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang menyebar luaskan pengajian –pengajian Imam Abu Hasan ‘Ali ‘Asya’ri di antaranya :
1.Imam Abu Bakar Al Qaffa ( wafat 365 H)
2.Imam Abu Ishaq Al-Asfarani ( Wafat 411 H)
3.Imam Hanifah Al-Baihaqi ( Wafat 458 H)
4.Imam Haramain Al-Juaini ( Wafat 460 H)
5.Imam Al-Qosim Al-Qusairi ( Wafat 465 H)
6.Imam Al-Baqilani ( Wafat 465 )
7.Imam Ghazali ( Wafat 505)
8.Fakhrudin Ar-Razi ( Wafat 505 H)
9.Imam Izzudin bin Abdussalam ( Wafat 660 H) dari ke 9 Imam Besar ini sebagai penerus Faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang dibagun Imam Hasan Abu ‘Ali ‘Asya’ri menyebar luas keseluruh dunia
Seperti :
10 Syeichul Islam Shaihk Abdullah As Sarqowi. ( wafat 1227 H),yakni pengarang kitab Tauhid Sayrqowi
11. Shekh Ibrahim Al Bajuri ( Wafat 1272 H),pengarang Kitab tauhid Tahqiqul Maqom fil kifayatil A’wam dan kitab Tuhfatul Murid Ala Jauharatut Tauhid.
12.Al-Alama Shaick Muhammad Nawawi Bantan,Seorang ulamak Indonesia yang mengarang kitab Tauhid Tijamul Darari ( Wafat 1315 H)
13.Shaikh Zainal Abidin bin Muhammad Al-Fathani,pengarang kitab Tauhid bernama Aqidatun Najiin fi usuludin .
14. Shaikh Husein bin Muhammad Al Jasar Al Thalabilisi,pengarang kitab yang terkenal Hushunul Hamidiyah
Adapun Imam Abu Mansur Al-Maturidiyah,juga pengembag Mazhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah dalam usuludin,nama beliau Muhammad bin Muhammad bin Mahmud,lahir di Desa Samarqan bernaman Maturid wafat di sana ( wafat th 333 H) yakni 10 tahun sesudah Wafatnya Imam Abu Hasan Ali ‘Asya’ri,beliau berjasa besar dalam mengumpulkan,merinci dan mempertahankan “itiqod Ahlussunnah Wal-Jama’ah ,”tiqod Nabi besar Muhammad Saw serta para shahabatnya,seperti Imam Abu Hasan ‘Ali ‘Asya’ri,makamnya di ziarahi di samarqan. Dunia islam sepakat bahwa kedua Imam Besar ini adalah pembagun Mazhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah,Maka berkata Sayyid Az Zabidi,pengarang kitab itihaf Sadatul mutaqien,kitab yang mensyarah Kitab Ihya Ulumudin,karangan Imam Ahlussunnah Wal-Jama’ah,yakni Imam Ghazali ra :
Izza utliqo Ahlussunnah falmuraadubihi Al-‘Asya’irotu wal maturidiyah.
Artinya :
Apablah disebut” Ahlussunah Wal-Jama’ah,maka yang dimaksudkan degan ucapan itu ialah Faham atau fatwa-Fatwa yang diajarkan oleh Imam ‘Asy’ari dan Abu Mansur Al- Maturidi.( Ittihaf jilid II,halaman 6) dinukil dari Kitab ‘Itiqod Ahlussunah Wal-Jama’ah KH. Sirajuddin Abass hal 30-34. Penerbit PUSTAKA TARBIYAH JAKARTA 1989.
Allahuma soli’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa ashabihi ajma’in
Semoga bermanfa'at
Kumpulan kometator atas postinga Abu Rumaisha,ini dikumpulkan, semoga ada manfa’atnya :
Simak selanjutnya !
ABU RUMAISHA MENGEFLOORKAN :
Imam Abu Hanifah, dalam kitab Mukhtashar al-Uluw, adz-Dzahabi, di sebutkan, Imam Abu Hanifah ditanya tentang seseorang yang berkata, “Aku tidak mengetahui Tuhanku, apakah Dia di langit atau di bumi?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Dia kafir, karena Allah berfirman, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.’(Thaha: 5), dan ArsyNya di atas langitNya.” Imam Abu Hanifah ditanya lagi, dia berkata, “Aku berkata, Allah bersemayam di atas Arsy, tetapi aku tidak mengetahui apakah Arsy di langit atau di bumi?” Imam Abu Hanifah menjawab, “Jika dia mengingkari bahwa ia di langit maka dia kafir.”
Kita melihat di sini Imam Abu Hanifah menetapkan sifat istiwa` bagi Allah, bahwa Allah bersemayam di atas ArsyNya, di atas langitNya, beliau menetapkan kekufuran orang yang mengingkari hal ini.
Menetapkan sifat istiwa` bagi Allah sesuai dengan keagunganNya tanpa takyif, tanpa tamtsil dan tanpa tahrif merupakan akidah salaf shalih di bidang Asma` dan Sifat Allah, Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini bahwa Allah bersemayam di atas Arsy, bahwa Allah di langit sesuai dengan kebesaranNya
1.Abu Rumaisha menjelaskan Postinganya :
Imam asy-Syafi'i, dalam kitab Itsbat Shifat al-Uluw, Ibnu Qudamah, disebutkan bahwa Imam asy-Syafi'i berkata, “Allah Taala memiliki nama2 & sifat2 yg dihadirkan oleh kitabNya, diberitakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umatnya, tidak seorang pun makhluk Allah di mana hujjah telah tegak atasnya patut untuk menolaknya karena al-Qur`an turun dengannya, & pengucapannya dari Rasulullah adalah shahih melalui periwayatan rawi2 yg adil, jika dia menyelisihi setelah itu, setelah tegaknya hujjah atasnya maka dia kafir. Adapun sebelum tegaknya hujjah atasnya maka dia dimaklumi karena tidak tahu, sebab ilmu tentang hal ini bukan melalui akal, bukan pula melalui perenungan, hati dan pemikiran. Kami tidak mengkafirkan seseorang dengannya karena dia tidak tahu kecuali setelah sampainya berita kepadanya. Dan kami menetapkan sifat2 ini, kami menafikan tasybih darinya sebagaimana kami menafikan tasybih dariNya firmanNya, “Tidak ada sesuatu pun yg serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (Asy-Syura: 11).
2.Kamal Com :
Emang abu hanifah ngerti istilah bsemayam? Lancang skali menerjemahkan istawa sama dngn bsemayam. Ente kra quran itu bible y bsa diambl tjemahanny doang
3.Zon Jongol :
mas Abu Rumaisha memang anda mengutip perkataan ulama terdahulu namun permasalahannya anda memahaminya secara otodidak (shahafi) dengan makna dzahir
4.Abdullah Alsyghar :
lucu nih wahabi menyandarkan diri kepada imam abu hanifah.. padaal imam abu hanifah mengayakan
قُلْتُ: أرَأيْتَ لَوْ قِيْلَ أيْنَ اللهُ؟ يُقَالُ لَهُ: كَانَ اللهُ تَعَالَى وَلاَ مَكَانَ قَبْلَ أنْ يَخْلُقَ الْخَلْقَ، وَكَانَ اللهُ تَعَالَى وَلَمْ يَكُنْ أيْن وَلاَ خَلْقٌ وَلاَ شَىءٌ، وَهُوَ خَالِقُ كُلّ شَىءٍ.
“Aku katakan: Tahukah engkau jika ada orang berkata: Di manakah Allah? Jawab: Dia Allah ada TANPA PERMULAAN DAN TANPA TEMPAT, Dia ada sebelum segala makhluk-Nya ada. Allah ada tanpa permulaan sebelum ada tempat, sebelum ada makhluk dan sebelum segala suatu apapun. Dan Dia adalah Pencipta segala sesuatu” (Lihat al-Fiqhul Absath karya Imam Abu Hanifah dalam kumpulan risalah-risalahnya dengan tahqiq Muhammad Zahid al-Kautsari, h. 20).
baca nih perkataan imam ibnu hajae alhaytami :
وَمَا اشْتُهِرَ بَيْنَ جَهَلَةِ الْمَنْسُوْبِيْنَ إلَى هذَا الإمَامِ الأعْظَمِ الْمُجْتَهِدِ مِنْ أنّهُ قَائِلٌ بِشَىءٍ مِنَ الْجِهَةِ أوْ نَحْوِهَا فَكَذِبٌ وَبُهْتَانٌ وَافْتِرَاءٌ عَلَيْهِ.
“Apa yang tersebar di kalangan orang-orang bodoh yang menisbatkan dirinya kepada madzhab Hanbali bahwa beliau telah menetapkan adanya tempat dan arah bagi Allah, maka sungguh hal tersebut adalah merupakan kedustaan dan kebohongan besar atasnya” (Lihat Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Fatawa al-Haditsiyyah, h. 144)
KAUM MUJASSIMAH INI MEMANG SUKA MENYELENGKAN MAKSUD PERKATAAN PARA ULAMA.
4.Si Pitung :
AQIDAH WAHABI..ko bisa sama dengan AQIDAH YAHUDI..
YAH..mohon pencerahan nya..dr para sesepuh ustad2 wahabi.. *Akidah Yahudi : Di dalam naskah kitab Taurat yang sudah dirubah yang merupakan asas akidah Yahudi yang mereka namakan “ SAFAR AL-MULUK “ Al-Ishah 22 nomer : 19-20 disebutkan : و قال فاسمع إذاً كلام الرب قد رأيت الرب جالسا على كرسيه و كل جند السماء وقوف لديه عن يمينه و عن يساره “ Dan berkata “ Dengarkanlah, ucapan Tuhan..aku telah melihat Tuhanku duduk di atas kursinya dan semua pasukan langit berdiri di hadapannya dari sebelah kanan dan kirinya “. Dalam kitab mereka yang berjudul “ SAFAR AL-MAZAMIR “ Al-Ishah 47 nomer 8 disebutkan : الله جلس على كرسي قدسه “ Allah duduk di atas kursi qudusnya “. * Akidah wahabi-salafi : Di dalam kitab andalan wahabi-salafi yaitu Majmu’ al-Fatawa Ibnu Taimiyyah al-Harrani imam wahabi juz 4 halaman 374 : إن محمدا رسول الله يجلسه ربه على العرش معه “ Sesungguhnya Muhammad Rasulullah didudukkan Allah di atas Arsy bersama Allah “. Di dalam kitab “ Syarh Hadits an-Nuzul “ halaman 400 cetakan Dar al-‘Ashimah disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah berkata : فما جاءت به الأثار عن النبى من لفظ القعود و الجلوس فى حق الله تعالى كحديث جعفر بن أبى طالب و حديث عمر أولى أن لا يماثل صفات أجسام العباد “ Semua hadits yang datang dari Nabi dengan lafadz qu’ud dan julus (duduk) bagi Allah seperti hadits Ja’far bin Abi Thalib dan hadits Umar, lebih utama untuk tidak disamakan dengan anggota tubuh manusia “. *Dalam halaman yang sama Ibnu Taimiyyah berkata : إذا جلس تبارك و تعالى على الكرسي سمع له أطيط كأطيط الرحل الجديد “ Jika Allah duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara suara saat duduk sebagaimana suara penunggang bintang tunggangan karena beratnya ” Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993, penerbit Dar al-‘Ashimah yang dita’liq oleh Muhammad al-Khamis. *Akidah Yahudi : Di dalam kitab taurat yang sudah ditahrif yang mereka namakan dengan “ SAFAR ISY’IYA “ Ishah 25 nomer 10, Yahudi berkata : لأن يد الرب تستقر على هذا الجبل “ Sesungguhnya tangan Tuhan istiqrar / menetap di gunung ini “ *Akidah wahabi : dalam kitab Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang diterbitkan oleh Maktabah as-Sunnah cetakan pertama halaman 90, al-Utsaimin berkata : و على كل فإن يديه سبحانه اثنتان بلا شك ، و كل واحدة غير الأخرى ، و إذا وصفنا اليد الأخرى بالشمال فليس المراد أنها أنقص من اليد اليمنى “ kesimpulannya, sesungguhnya kedua tangan Allah itu ada dua tanpa ragu lagi. Satu tangannya berlainan dari tangan satunya. Jika kita sifatkan tangan Allah dengan sebelah kiri, maka yang dimaksud bukanlah suatu hal yang kurang dari tangan kanannya “.
5.Abdullah Alsyghar :
“واعلم أن القَرَافي وغيره حكوا عن الشافعي ومالك وأحمد وأبي حنيفة رضي الله عنهم القول بكفر القائلين بالجهة والتجسيم، وهم حقيقون بذلك”
“Ketahuilah bahwa al-Qarafi dan lainnya telah meriwayatkan dari al-Imâm asy-Syafi’i, al-Imâm Malik, al-Imâm Ahmad dan al-Imâm Abu Hanifah bahwa mereka semua sepakat mengatakan bahwa seorang yang menetapkan arah bagi Allah dan mengatakan bahwa Allah adalah benda maka orang tersebut telah menjadi kafir. Mereka semua (para Imam madzhab) tersebut telah benar-benar menyatakan demikian. ( al-Minhâj al-Qawîm ‘Alâ al-Muqaddimah al-Hadlramiyyah, h. 224)
HAYOO.. MASIH BERANI MENETAPKAN ARAH DAN TEMPAT SERTA JISM BAGI ALLAH...????
HERMAN MAULANA :
Sangat jelas apa yang disampaikan Abdullah Al Asyghar,Si Pitung, Awal tiada permulaan ahir tiada kesudahan,itu ujudullah,awal ada permulaan ahir tiada kesudahan,itu ujud Muhammd,yakni Nur Muhammad,Abul Arwah,Awal ada permulaan,ahir ada kesudahan,yakni ujud Adam,atau baharu, mereka megkafirkan kajian ilmu tauhid sifat 20,sehinga tidak mengenal alif ujud alif maujud dan alif amir hamzah.ahirnya mereka bertuhankan kepada mahluk,berjizim.nauzubillah minzalik,katanya mereka menggunakan akal nyatanya tidak. Coba bayangkan Allah Swt ini menciptakan 7 lapis langit dan 7 lapis bumi dalam 6 masa pada bulan syawal, bulan syawal sudah ada disisi perthiungan Allah,bumi dan lagit serta isinya saja belum diciptakan bulan syawal itu sudah ada,,kalao mereka mau berfikir dan meg-iyakan akal mereka degan baik,masyak Allah tergantung pada tempat,tempat seperti arasy adala tempat di mana Tajjali Allah begitu dahsyat,lagi tempat keagungan Allah,padahal tempat itu pada diri manusia itu sendiri secara alam mikrokosmosnya adalah hati orang mukmin.sebagaimana Firmanya Qolbu muk'min baitullah artinya Hati orang mukmin itu arasy Allah tempat tajjali Allah.dialah yang mampu bermakrifat kepada Allah,yang tidak disangupi oleh bumi dan langit sekalipun.
Perkara itu ,pada perso’alanduduk,berdiri,bertagan,bertelinga,bermata,bermulut,dan berada di tempat yang terbatas ,tapi tidak serupah degan mahluk ,coba bayangkan kalo terbatas gerak dan tempat serta nnaik turunya Allah dari langit ke bumi dari bumi ke langit,lebih parah lagi tuhan berambut kerting,gimbal ke emasan. Untuk itulah Yang banyak tersesat umat ini berasal dari Mazhab Hanafi.dan Al-Nedj rujukan asal mazhabnya Mazhab Hanafi dan Hambali yang dibelokan oleh Wahabi ..karena kesempurnaan Mazhab-Mazhab itu ada pada Ahlussunah wal jama'ah yang dibagun oleh Asy'ariyah dan Almaturidiya,sebagimana atau selayakya Kitab Zabur,Kitab Taurot dan Kitab Jinjil kesempurnaanya pada Al-Qur’an,kita mengimani Zabur,taurot dan ijil tapi yang kita pakai adalah Al-Qur’an,karena inti-inti yang haq pada ketiga kitab itu telah melalui proses filterisasi (penyaringan) dan hasil penyaringan itu semua sudah dimasukan dalam Al-Qur’an,demikian pula Mazhab,yakni Mazhab Maliki,Hanafi dan hambali masuk semua hasil filterisasinya ke Mazhab Syafi’I ra.dan ke 4 Mazhab itu adalah Mazhab Ahlussunnah Waljama’ah ,tidak mengitiqodkan seperti itiqod Mutasabiha , Untuk itulah telah bersepakat seluruh ulamak “ Apa bila dikatakan Ahlussunnah Wal-Jama’ah itu adalah Mazhab Asyariyah wal Maturiyah ( mutafaqun alih/Sepakat para ulamak Ahlussunah Wal-Jama’ah).
Munculnya Ahlussunnah Wal-Jama’ah,sebagai riaksi banyaknya firqoh-firqoh yang sesat,pada ahir Abad III Hijriayah,timbulah golongan yang bernama Ahlussunnah Wal-Jama’ah,yang dipimpin oleh Ulama besar dalam usuludin,Sheihk Abu Hasan’Ali Al-Asya’ri dan sheikh Abu Mansur Al Maturidi.
Nama lengkap Imam syafi’I adalah Abu Hasan “Ali bin Ismail bin Abdillah bin Abi Basyar bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al Asya’ri,ketahuilah bahwa Abi Musa Al Asy’ri adalah seorang sahabat Nabi Muhammad Saw. Imam syafi’I di lahirkan di Basrah,Iraq tahun 260 H,yakni 55 tahun sesudah meninggalnya Imam Syafi’I rda,yang juga meninggal di Basrah tahun 324 H,dalam usia 64 tahun.
Abu Hasan “Ali Asya’ri berlajar kepada Ayah tirinya seorang ulamak besar Firqoh Muta’zilah,yakni Sheikh Abu ‘Ali Muhammad bin Abdul Wahab Al-Jabal ( bukan Wahabi Al-Nedj) yang wafat tahun 303 H,dan beliau bertaubat dari firqoh Mu’tazilah. Kalo Muhammad bin Abdul Wahab Al-Nedji lahir 1115,wafat tahun 1206 H,pembagun Mazhab baru bernama Mazhab Wahabi Al-Nedji) Pidato Abu Hasan ‘Ali Asya’riyah :
Saudara-saudaraku yang terhormat,siapa yang sudah mengetahui saya,baiklah,tetapi bagi yang belum mehetahui maka saya ini adalah Abu Hasan ‘Ali Asy’ari anak dari Isma’il bin Abi Basyar.,Dulu saya berpendapat bahwa Al-Qur’an itu Mahluk,bahwa Tuhan Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala di akhirat,dan bahwasnya manusia menjadikan,menciptakan perbuatanya serupa degan kaum Mu’tazilah.
Nah sekarang saya nyatakan terus terang bahwa saya telah bertaubat dari faham Mu’tazilah itu seperti saya melemparkan baju saya ini ( ketika itu beliau buka baju dan dilemparkanya) dan saya setiap sa’at siap untuk menolak faham Mu’tazilah yang salah dan sesat itu.(tercatat pada kitab Zhumrul Islam IV hal 67) dari mulai tanggal itu Imam Abu hasan ‘Ali ‘Asy’ri berjuang melawan kaum Mu’tazilah degan lisan dan tulisan,berdebat dan bertanding degan kaum Mu’tazilah di mana-mana,merumuskan dan menuliskan dalam kitab-kitabnya I’tiqod-I’tiqod Ahlussunnah Wal-Jama’ah sehinga nama beliau mashur sebagai seorang ulamak Tauhid yang dapat menundukan dan menghancurkan faham Mu’tazilah yang salah dan sesat itu.
Beliau mengumpulkan sebaik-baiknya dari Al-Qur’an dan Hadist,faham-faham,atau ‘itiqod Nabi Muhammad Saw dan shabat-shahabat Nabi,dipericinya degan sebaik-baiknya,Beliau mengarang buku-buku usuludin banyak sekali,Berkata Imam Zabidi,pengarang kitab Ittihaf Sadatil Muttaqien syarah kitab Ihya’Ulumuddin, Imam Asya’ri ini mengarang sekitar 200 kitab (lihat Ittihaf jilid II halaman 7) diantaranya :
1. Kitab Ibanah fi ushuludiyanah,3 jilid besar
2. Maqaalatul Islamiyin
3. Al-Mujaz,3 jilid besar dan lain-lain
Keistiwemwaan Imam Abu Hasan ‘Ali Asy’ri dalam menegakkan Fahamnya ialah degan menegakkan dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadist dan juga degan pertimbangan Akal dan fikiran,tidak seperti kaum Mu’tazilah yang berdasarkan pikiranya kepada Akal dan falsafah yang berasal dari Yunani dalam membicarakan usuludin dan juga tidak seperti kaum Mujasimmah ( kaum yang menyerupakan tuhan degan mahluknya) yang memegang arti dari lahiriah dari Al-Qur’an dan Hadist sehinngga sampai mengatakan bahwa Tuhan bertangan,Tuhan bermuka,Tuhan duduk-duduk di “arasy dan lain-lain sebagainya.
Alhamdulillah ,Imam Abu hasan ‘Asya’ri dapat menegakan faham yang kemudian yang dinamai Faham Ahulussunnah Wal-Jama’ah,yakni Faham yang di ‘itiqodkan Nabi Besar Muhammad Saw, chulafairosidin ( Shahabat-shahabat Nabi Muhammd Saw). Pada Abad-abad berikutnya muculah ulamak-ulamak besar kaum Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang menyebar luaskan pengajian –pengajian Imam Abu Hasan ‘Ali ‘Asya’ri di antaranya :
1.Imam Abu Bakar Al Qaffa ( wafat 365 H)
2.Imam Abu Ishaq Al-Asfarani ( Wafat 411 H)
3.Imam Hanifah Al-Baihaqi ( Wafat 458 H)
4.Imam Haramain Al-Juaini ( Wafat 460 H)
5.Imam Al-Qosim Al-Qusairi ( Wafat 465 H)
6.Imam Al-Baqilani ( Wafat 465 )
7.Imam Ghazali ( Wafat 505)
8.Fakhrudin Ar-Razi ( Wafat 505 H)
9.Imam Izzudin bin Abdussalam ( Wafat 660 H) dari ke 9 Imam Besar ini sebagai penerus Faham Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang dibagun Imam Hasan Abu ‘Ali ‘Asya’ri menyebar luas keseluruh dunia
Seperti :
10 Syeichul Islam Shaihk Abdullah As Sarqowi. ( wafat 1227 H),yakni pengarang kitab Tauhid Sayrqowi
11. Shekh Ibrahim Al Bajuri ( Wafat 1272 H),pengarang Kitab tauhid Tahqiqul Maqom fil kifayatil A’wam dan kitab Tuhfatul Murid Ala Jauharatut Tauhid.
12.Al-Alama Shaick Muhammad Nawawi Bantan,Seorang ulamak Indonesia yang mengarang kitab Tauhid Tijamul Darari ( Wafat 1315 H)
13.Shaikh Zainal Abidin bin Muhammad Al-Fathani,pengarang kitab Tauhid bernama Aqidatun Najiin fi usuludin .
14. Shaikh Husein bin Muhammad Al Jasar Al Thalabilisi,pengarang kitab yang terkenal Hushunul Hamidiyah
Adapun Imam Abu Mansur Al-Maturidiyah,juga pengembag Mazhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah dalam usuludin,nama beliau Muhammad bin Muhammad bin Mahmud,lahir di Desa Samarqan bernaman Maturid wafat di sana ( wafat th 333 H) yakni 10 tahun sesudah Wafatnya Imam Abu Hasan Ali ‘Asya’ri,beliau berjasa besar dalam mengumpulkan,merinci dan mempertahankan “itiqod Ahlussunnah Wal-Jama’ah ,”tiqod Nabi besar Muhammad Saw serta para shahabatnya,seperti Imam Abu Hasan ‘Ali ‘Asya’ri,makamnya di ziarahi di samarqan. Dunia islam sepakat bahwa kedua Imam Besar ini adalah pembagun Mazhab Ahlussunnah Wal-Jama’ah,Maka berkata Sayyid Az Zabidi,pengarang kitab itihaf Sadatul mutaqien,kitab yang mensyarah Kitab Ihya Ulumudin,karangan Imam Ahlussunnah Wal-Jama’ah,yakni Imam Ghazali ra :
Izza utliqo Ahlussunnah falmuraadubihi Al-‘Asya’irotu wal maturidiyah.
Artinya :
Apablah disebut” Ahlussunah Wal-Jama’ah,maka yang dimaksudkan degan ucapan itu ialah Faham atau fatwa-Fatwa yang diajarkan oleh Imam ‘Asy’ari dan Abu Mansur Al- Maturidi.( Ittihaf jilid II,halaman 6) dinukil dari Kitab ‘Itiqod Ahlussunah Wal-Jama’ah KH. Sirajuddin Abass hal 30-34. Penerbit PUSTAKA TARBIYAH JAKARTA 1989.
Allahuma soli’ala sayyidina Muhammad wa’ala alihi wa ashabihi ajma’in
Semoga bermanfa'at
Sumber :
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=584967964883347&set=a.347085785338234.79207.100001104453827&type=1&theater
Tidak ada komentar:
Posting Komentar