HANYA MUSHAF ALI BAGI SYI'AH ,Al-QUR'AN MUSHAF USTMAN WAJIB DIMUSNAKAN DIMUKA BUMI INI,ITULAH SUMPAH SYI'AH.
SALAM ASWAJAH- IDZAJAA ANNASRULLAH
UMAT NABI PALSU -SYI'AH
Bernabikan Abdullah bin Sabak
Bertuhankan kepada Sayyidina Ali sebagai manifestasi/wujud Allah,persis seperti Kristen kepada Yessuss.
Mereka bersumpah akan memusnakan Makam dan Jasad Sahabat utama Rasulullah Saw,yakni Abu Bakar Assidiq dan Umar Ra.
Mereka bersumpah akan memusnakan Kitab suci Al-Qur'an yang dipakai Umat Islam yakni Mushaf Ustman.
Mereka bersumpah akan menghancurkan Makah dan Madina atas Salafy Wahabi
dan Ahlussunnah Wal-Jama'ah.melalui rekrutmen Umat Islam di bawa panji
Hizbnu Tahrir/dan membentuk Hizbnu Tahrir di setiap negara,melalui
Syi'ah Fakistan,karena syi'ah Fakistan masih memungkinkan dan dapat
mengelabui Umat Islam dalam Jajaran Ahlussunnah Wal-Jama'ah melalui
Ubudiyah Thoriqod Naqsabandiyah dan Qodoriyah milik Ahlussunnah
Wal-Jama'ah dan Ahlul Bait. Ingat dalam persetruan mereka ( Syi'ah dan Salafy Wahabi) . Ahlussunnah Wal-Jama'ah hanya korban,bukan pemain, Ahlussunnah Wal-Jama'ah korban incaran Syi'ah dan salafy Wahabi
Agama mereka adalah Agama rekasaya Yahudi.
SIMAK BERIKUT INI :
Berbicara tentang Syiah (Rafidhah) serasa berbicara tentang sebuah
realitas yang aneh. Dari sisi "genetik" kaum Syiah lahir dari rahim
sejarah ummat Islam. Tetapi ekspresi dan eksplorasi kehidupan mereka,
terpisah jarak amat jauh dari nilai-nilai standar Islam. Kalau bisa
dikatakan, "Mereka itu teman, tetapi sekaligus musuh yang sangat
sengit."
Sikap apriori kaum muslimin kepada Syiah, bukan tanpa
alasan. Sejarah panjang selama ribuan tahun telah memberikan segudang
pelajaran berharga. Betapa banyak darah tertumpah, air mata bercucuran,
serta penderitaan perih menimpa umat Islam (Ahlus Sunnah), sebagai buah
dari pengkhianatan-pengkhianatan ini. Syiah bertanggung-jawab atas
kematian Husein bin Ali Radhiyallahu'Anhuma di Karbala; mereka
mengkhianati Khalifah Harun Al Rasyid; mereka membukakan pintu bagi
Holako Khan, Kaisar Tartar, untuk menghancurkan Daulah Abbasiyyah di
Baghdad; mereka mengkhianati Shalahuddin Al Ayyubi; mereka memusuhi
Daulah Saljuk dan Turki Utsmani; juga termasuk pengkhianatan Syiah
modern berprilaku seperti muslim; namun dari sikap hati, mereka tak
segan menikam, melibas, menindas, serta memporak-porandakan kehidupan
umat Islam.
Buku Pengkhianatan-Pengkhianatan Syiah, karya Dr
Imad Ali Abdus Sami' ini, merupakan dokumentasi berharga yang memuat
catatan-catatan kelam seputar pengkhianatan-pengkhianatan kaum Syiah di
panggung sejarah Islam. Perkaya wawasan Anda seputar dunia Syiah dengan
buku ini!
Sayyid Hussain al-Musawi bukanlah satu nama yang
asing di kalangan kaum/agama Syi'ah. Beliau adalah seorang ulama besar
Syi'ah yang lahir di Karbala dan belajar di "Hauzah" sehingga
memperolehi gelaran mujtahid daripada Sayyid Muhammad Hussain Ali Kasyif
al-Ghitha'. Selain itu, beliau juga memiliki kedudukan yang istimewa di
sisi ayatollah Khomeini (tokoh besar imam Syi'ah).
Setelah
melalui pengembaraan spiritual yang cukup panjang, akhirnya beliau
mendapat hidayah dari Allah. Beliau menemui begitu banyak sekali
kesesatan dan penyimpangan di dalam ajaran Syi'ah yang selama ini beliau
anuti. Beliau pun mengambil keputusan untuk keluar dari Syi'ah, beliau
kembali ke jalan yang benar iaitu jalan Ahlus Sunnah wal-Jama'ah, dan
kemudian beliau menulis buku ini demi membongkar segala kedustaan
puak-puak dan imam-imam Syi'ah.
Buku ini adalah sebuah ungkapan
jujur dari seorang bekas tokoh besar Syi'ah yang masih memiliki nama
yang gah di tengah-tengah tokoh Syi'ah lainnya yang hidup mewah
bergelumang dengan harta dan wanita sesuka hati dengan berdalihkan
alasan agama secara batil.
Kemunculan buku ini ibarat
halilintar yang merobohkan tembok pembohongan kaum Syi'ah selama ini.
Dengannya kelompok Syi'ah diserang keporak-perandaan dan kacau bilau.
Para imam-imam Syi'ah kebingungan untuk menyangkal!
Di antara
kesesatan Syiah yang diungkap Sayyid Husain Al-Musawi adalah berkaitan
dengan ajaran dan praktik nikah mut’ah (kahwin/nikah kontrak: atau
sebenarnya adalah zina) yang dilakukan bukan saja oleh orang-orang Syiah
kebanyakan, tetapi juga oleh tokoh-tokoh besar Syiah. Sayyid Hussain,
kerana bukunya inilah kemudian mendapatkan ancaman bunuh dari kalangan
Syiah. Sebelumnya, dia telah difatwa sesat dan menyesatkan bahkan murtad
oleh Husain Bahrululum pada 20 Shafar 1421H di sarang Syiah terbesar,
Najaf.
Memang, tokoh-tokoh Syiah yang berusaha meluruskan
ajaran Syiah nyaris semua berakhir tragis. Sayyid Abul Hasan
Al-Asfahani, Sayyid Musa Al-Musawi, Sayyid Ahmad Al-Kasrawi adalah
pembesar-pembesar Syiah yang akhirnya dibunuh kerana berusaha meluruskan
ajaran Syiah.
Berikut adalah kesaksian Sayyid Husain Al-Musawi
tentang mut’ah yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi Syiah sekaligus
Pemimpin Revolusi Iran, Imam Ayatullah Khomeini, seperti yang ditulis
Sayyid Husain dalam buku tersebut. Berkaitan dengan nikah mut’ah, Sayyid
Husain menulis tentang beberapa kisah dari pembesar Syiah lainnya.
Beliau (penulis) antaranya berkata: “Ketika Imam Khomeini tinggal di
Iraq, kami ulang-alik berkunjung kepadanya. Kami menuntut ilmu
daripadanya sehingga hubungan antara kami dengannya menjadi erat sekali.
Suatu waktu disepakati untuk menuju suatu kota dalam rangka memenuhi
undangan, iaitu kota yang terletak di sebelah barat Mosul, yang ditempuh
kurang lebih satu setengah jam dengan perjalanan menaiki kereta. Imam
Khomeini memintaku untuk pergi bersamanya, maka saya pergi bersamanya.
Kami disambut dan dimuliakan dengan pemuliaan keluarga Syiah yang
tinggal di sana. Dia telah menyatakan janji setia untuk menyebarkan
paham Syiah di wilayah tersebut.
Ketika berakhir masa
perjalanan, kami kembali. Di jalan saat kami pulang, kami melewati
Baghdad dan Imam hendak beristirahat dari keletihan perjalanan. Maka dia
memerintahkan untuk menuju daerah peristirahatan, di mana di sana
tinggal seorang laki-laki asal Iran yang bernama Sayid Shahib. Antara
dia dan imam terjalin hubungan persahabatan yang cukup kental.
Sayid Shahib merasa bahagia dengan kedatangan kami. Kami sampai ke
rumahanya waktu Zuhur, maka dia membuatkan makan siang bagi kami dengan
hidangan yang sangat luar biasa. Dia menghubungi beberapa kerabatnya dan
mereka pun datang. Rumah menjadi ramai dalam rangka menyambut
kedatangan kami. Sayid Shahib meminta kami untuk menginap di rumahnya
pada malam itu, maka imam pun menyetujuinya. Katika datang maktu Isya’
dihidangkan kepada kami makanm malam. Orang-orang yang hadir mencium
tangan Imam dan menanyakannya tentang beberapa masalah dan imam pun
menjawabnya.
Ketika tiba saatnya untuk tidur dan orang-orang
yang hadir sudah pada pulang kecuali tuan rumah, Imam Khomeini melihat
anak perempuan yang masih kecil, umurnya sekitar empat atau lima tahun,
tetapi dia sangat cantik. Imam meminta kepada bapa-nya, iaitu Sayid
Shahib untuk menghadiahkan anak itu kepadanya agar dia melakukan mut’ah
dengannya, maka si bapak menyetujuinya dan dia merasa sangat senang.
Lalu Imam Khomeini tidur dan anak perempuan ada di pelukannya, sedangkan
kami mendengar tangisan dan teriaknnya!
Yang penting,
berlalulah malam itu. Ketika tiba waktu pergi kami duduk untuk menyantap
makan pagi. Sang Imam melihat kepadaku dan di wajahku terlihat
tanda-tanda ketidaksukaan dan pengingkaran yang sangat jelas, kerana
bagaimana dia melakukan mut’ah dengan anak yang masih kecil, padahal di
dalam rumah terdapat gadis-gadis yang sudah baligh, yang mungkin baginya
untuk melakukan mut’ah dengan salah satu di antara mereka, tetapi
mengapa dia melakukan hal itu dengan anak kecil?!
Dia berkata kepadaku, “Sayyid Husain, apa pendapatmu tentang melakukan mut’ah dengan anak kecil?”
Saya berkata kepadanya, “Ucapan yang paling tinggi adalah ucapanmu yang
benar adalah perbuatanmu dan engkau adalah seorang imam mujtahid. Tidak
mungkin bagiku untuk berpendapat atau mengatakan kecuali sesuai dengan
pendapat dan perkataanmu. Perlu dipafami bahawa tidak mungkin bagi saya
untuk menentang fatwamu.”
Dia berkata, “Sayid Husain,
sesungguhnya mut’ah dengan anak kecil itu hukumnya boleh, tetapi hanya
dengan cumbuan, ciuman dan himpitan peha. Adapun jima’, maka
sesungguhnya dia belum kuat untuk melakukannya.”
Imam Khomeini
berpendapat atas kebolehan melakukan mut’ah sekalipun dengan anak yang
masih disusui. Dia berkata, “Tidak mengapa melakukan mut’ah dengan anak
yang masih disusui dengan pelukan, humpitan paha (meletakkan kemaluan di
antara dua pahanya) dan ciuman. (lihat kitabnya berjudul Tahrir
al-Wasilah, 1/241, nomor 12).”
Naudzubillah tsumma naudzubillah...
Dapatkanlah buku ini... Sebuah karya monumental yang disusun penulis sebelum beliau dibunuh akibat kemarahan penganut Syi'ah.
Pemesanan sms 0878 8777 8027
Sumber Bacaan :
http://inilah-bukti-kesesatan-syiah.blogspot.com/
Photo-photo ini para gadis/wanita,dibelenggu,agar tidak berkutik,dan siap diperjual belikan/transaksi/kontrak,kesamaan degan Syari'at Bani Saud,yang menentang Allah dan Rasul-Nya akan haramnya Muth'ah/Mysar samapi hari Qiyamat.
Dari Sabrah bin Ma’bad Al-Juhani, Nabi saw bersabda: “Sungguh! Aku dulu
pernah mengizinkan kalian untuk melakukan kawin mut’ah dengan wanita.
(Ketauhilah!) sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai hari
kiamat. Barangsiapa yang masih melakukannya hendaklah ia meninggalkannya
dan jangan mengambil sesuatu yang telah ia berikan kepada wanita yang
dia mut’ahinya.” (HR. Muslim)
HANYA MUSHAF ALI BAGI SYI'AH ,Al-QUR'AN MUSHAF USTMAN WAJIB DIMUSNAKAN DIMUKA BUMI INI,ITULAH SUMPAH SYI'AH.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar