Minggu, 28 Juli 2013

DIBALIK SENTIMEN DA’I DI INDONESIA



DIBALIK SENTIMEN DA’I


Banyaknya serta subur makmurnya dakwa Ustad-Ustad Aswajah muncul dan subur di Indonesia membuat Da’I Salafi geram. Mustinya mereka sadar kalo Indonesia ini adalah bumi Aswajah! Masyak minoritas sentimen degan mayoritas digemboskan begitu.mustinya rela apa adanya,jagan terkesan pemaksaan mengikuti mereka.


Lagian siapa yang mau menerima dakwa mengharamkan tahlilan,maulidan,nuzul-Qur’an,tawasulan dan lin-lain bejibun ! .Usuli haram ! Qunud haram ! .Hal kecil saja dipermasalahkan,yang pake peci hitam,yang pake atribut haji,yang digelari masyarakat Kiyai,ustad,yang pake sarung,yang pake sorban,semuanya diprotes,muncul da'i mereka,sok keren ditegah jama'ah yang berpakaian baik,sopan malah da'i mereka menyolok,bergaya Cendikiawan Muslim,yang tampaknya biar keren di mata dunia barat.Ada satu saya lihat Da'i mereka tapi sekarang nampaknya beruba ahirnya pake peci,tapi mereka merasa gak sopan sendiri yakirnya lebih baik pake peci,malah pake acara pengobatan air putih lewat komunikasi pemirsa on line di TV.degan sedikit sindiran so'al musyrik...umumnya ibu..ibu yang nelpon.


Kemudian dari warga Muhammadiyah sendiri dimana degan riwayat orang tuanya di Muhammdiyah,atau alumni maha siswa Universitas Muhammadiyah,tidak begitu perduli degan Islam kemuhamadiyaan mereka,kecuali sedikit karena kebanyakan maha siswanya berbasis dari keluarga Aswaja,walau kebanyakan mereka awam akan Aswajah.tapi mereka merasa aneh saja,di masyarakat juga membingungkan,serba haram,tahlilan diharamkan,kendurian tasyakuran diharamkan,ah..repottttt !

Degan kehadiran Rodja TV itu mereka pikir akan sukses mengubah Aswajah ke Wajah baru Salafussaleh.Mustinya mereka bina saja orang orang mereka di Muhammadiyah,Persis,MII para ihkwan dan ahwat mereka sendiri,tapi...yach...orang awam saja merasa aneh..cuman karena mereka banyak menduduki jabatan di Departemen Agama di kabupaten-kabupaten pada lingkungan masyarakat Awam akan Aswajah dan Mazhab,ahirnya jalan juga lewat masjid-masjid Muhammadiyah degan mengedepakan sejata Khilafiyah,mereka jalan.



Tapi itu pun campur aduk sekedar ada ciri khas tidak ada qobliyah dan Azan 2 kali dan sholat taraweh saja pada masjid-masjid mereka,Sholat idul fitri dan Adha ke apangan,masjid ditutup ,dan tanpa mengungkapakan apa sebabnya masjd ditutup.Masyarakat Awam tidak diberitahu alasan mereka menutup Masjd. Bahwa kalo shoat Idhul fitri dan sholat idul adha di Masjid itu bukan pengikut Nabi Muhammad Saw,akan tetapi pengikut Abu Bakar Siddiq.Sebab kalo dibongkar alasanya maka akan menylitkan mereka,karena orang awam akan berfikir “ Lah kalo begitu Abu Bakar Assidiq itu siapa ?,terus apa kah Abu bakar Sidiq itu bukan pengikut Nabi Muhammad Saw ?,dan akan terus masyarakat awam ingin tau alasanya,dan hal ini tidak dikendaki oleh mereka untuk diketahui alasanya,karena akan mengurangi pengikutnya dan merugikan politisi mereka.



 Ingatlah Sabda Rasulullah Saw : Iqtaduu bilazain mim ba’dhii abii Bakrin wa’umar  Artinya : Ikutilah dua orang sesudah aku yak itu Abu Bakar dan Ummar.(HR. Ahmad,Tharmizi dan Ibnu Majjah,Shahih Tharmizi juz 13 hal 129-130)


META’ATI SUNNAH CHULAFAIROSIDIN


Rasulullàh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda;


 “Wajib bagi kalian berpegang dengan sunnahku (syari’atku) dan sunnah khulafa’ rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham. (HR. Tirmidzi 2676, berkata hasan shahih).
Sabdanya Shallallahu alaihi wa sallam pula;

 “Aku tinggalkan bagi kalian dua hal yang kalian tidak akan sesat selama berpegang dengan keduanya yaitu kitab Alloh dan Sunnah Nabi Nya. (HR. Malik 1594, secara mursal, namun dikuatkan hadits riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak 323). Dan masih banyak nash-nash semisal.

Dalam hadis yang lain juga disebutkan : إن الله جعل الحق على لسان عمر وقلبه “Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran pada lisan dan hati Umar.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Hakim, al-Tirmidzi dan lain-lain).

Rasulullah saw. berkata kepada Ali bin Abu Thalib: Sesungguhnya kedudukanmu terhadapku adalah seperti kedudukan Harun terhadap Musa, hanya saja tidak ada seorang nabi pun sesudahku. (Shahih Muslim No.4418). Ingatah ! Ikuti Para Ulamak Ahlusuunah Wal-Jama'ah,Karena Rasulullah telah bersabda : Al-Ulama Warisatul Ambiak. Para ulamak itu sangat teliti,waspada dan bertanggung jawabkepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya,dan Nabi-Nabin-Nya. Nabi Muhammad Saw bersabda :Al-Ulama'mushobihul ardhie wa khulafaulambiyakwawarosyati wawarosyatul ambiya'.Artinya :" Ulama' itusebagailampu-lampu di bumi,penganti para Nabi,pewarisku danpewaris paraNabi.'.( HR.Ibnu Ady dari Ali).


Keyataanya di daerah masih banyak menggunakan bilal pada tarawehan yang menyebut chulafairosidin,adah yang menarik saya pernah lihat Masjid Raya Muhammadiyah membangun menara masjid,saya tanya pada pengurusanya,merka jawab ya..gak apa-apalah !

Degan adanya Rodja TV,inilah satu-satunya menurut mereka akan sukses,merekrut muslim dan muslimah Awam akan Aswajah dan Mazhab Syafi'i,degan senjata Khilafiyah bila kebentur ahirnya banyak juga terpengaruh..ah kalo kami gak pake mazhab yang penting kami ke Al-Qur'an dan Hadist langsung,mereka kebanyakan tidak tau apa sih Aswajah itu ? juga ini kelalaian para politisi berbasis Awajah,mereka tidak banyak memperkenalkan so'al Aswajah itu,untuk itu kalo Poitisi Muhammadiyah ada pengkaderan ke Muhammadiyaan,maka para politisi dari kalangan Aswajah ( Sunnah Rasulullah ,sunnah Chuafairosidin dan Mazhab syafi'i ) harus berkerja keras megajarkanya,jagan pasrah dan mementingkan so'al kedudukan materi,pangkat dan jabatan saja. tapi alhamdulillah sepertinya para pemerhati krisis dapat terbantu karena Aswajah juga tidak tinggal diam.



Untuk itu kembalilah sebagaimana tujuan Awalnya pendirian Muhammadiyah oleh KH.Ahmad Dahlan


Sebagai berikut : JAGAN MALU MEMBENARKAN YANG BENAR HANYA KARENA GENGSI GOLOGAN,ATAU KARENA PARTAI ,DAN BUKAN KARENA ALLAH DAN RASUL-NYA.DAN CARILAH KESELAMATAN,DAN TERBEBAS DARI TAKFIRI.

I).Hadiah untuk warga M u h a m m a d i y a h monggo jangan di debatkan tetapi diteliti dulu ya
 ...."KITAB FIQIH MUHAMMADIYAH" Ringkasan "KITAB FIQIH MUHAMMADIYAH",penerbit Muhammadiyah Bagian Taman Poestaka Jogjakarta, jilid III, diterbitkan th 1343 H (sekitar th 1926): 1. Niat sholat pakai “USHOLLI FARDLA..” (h. 25) 2. Setelah takbir baca “KABIRAN WAL HAMDULILLAHI KATSIRA..” (h. 25) 3. Membaca al-Fatihah pakai “BISMILLAH” (h. 26) 4. Setiap Shubuh baca QUNUT (h. 27) 5. Membaca sholawat pakai “SAYYIDINA”, termasuk bacaan sholawat dalam sholat (h. 29) 6. Setelah sholat disunnahkan WIRIDAN: Istighfar, Allahumma Antassalam, Subhanallah 33x, Alhamdulillah 33x, Allahu Akbar 33x (h. 40-42) 7. Sholat Tarawih 20 rokaat, tiap 2 rokaat 1 salam (h. 49-50) 8. Tentang sholat & khutbah Jum’at juga sama dengan amaliah NU (h. 57-60).

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=499395286799314&set=a.396832013722309.92992.100001865426573&type=1&theater II).

Pembaca yang budiman, kali ini kami sampaikan terjemahan dari sebuah tulisan berjudul Risalatu asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab ila Ahlil Qashim lamma Sa`alu-hu ‘an ‘Aqidatih. Judul tersebut jika diartikan secara langsung berarti “Surat asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab kepada penduduk al-Qashim ketika mereka bertanya tentang akidah beliau.” Secara kenyataan, risalah ini memang sebuah jawaban dari asy-Syaikh kepada penduduk al-Qashim, sekaligus sebagai persaksian akidah beliau rahimahullaah. Meskipun ringkas, setidaknya tulisan ini telah mewakili sebagai sebuah bantahan atas sederet tuduhan dusta dan kebohongan yang disandarkan kepada beliau. Kami tidak ingin berpanjang-lebar untuk memberi pembukaan, selanjutnya kami persilakan kepada pembaca untuk menyimak terjemah dari risalah tersebut di atas.

Terjemahan: Bismillaahir rahmanir rahim Aku mempersaksikan kepada Allah, dan malaikat-malaikat yang menghadiriku. Dan aku mempersaksikan kepada kalian bahwa sesungguhnya aku berakidah dengan akidah al-Firqatun Najiyah, Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Di dalamnya terdapat keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah kematian, keimanan kepada takdir baik dan yang buruk. Dan termasuk dalam keimanan kepada Allah, ialah beriman dengan sifat yang Allah menyifati diri-Nya dengan sifat tersebut melalui lisan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam, tanpa melakukan perubahan maupun penolakan. Bahkan aku berkeyakinan bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” Asy-Syura: 11

Sehingga aku tidak akan menafikan segala yang telah Allah subhaanahu wa ta’aalaa sifatkan untuk diri-Nya, aku pun tidak merubah-rubah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya. Aku juga tidak menyimpangkan satu pun dari nama-nama dan ayat-ayat-Nya, aku tidak pula menanyakan “bagaimana” tentang sifat-sifat itu. Aku tidak akan memisalkan sifat-sifat Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan sifat makhluk-Nya, karena Allah tidak ada yang sebanding dan tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada tandingan bagi-Nya. Allah subhaanahu wa ta’aalaa tidak dikiaskan dengan dengan makhluk-Nya, sesungguhnya Allah subhaanahu wa ta’aalaa lebih tahu tentang diri-Nya dan tentang selain-Nya.

Allah adalah yang paling benar dan paling baik ucapan-Nya, sehingga Allah menyucikan diri-Nya dari segala yang disifatkan oleh orang-orang yang menyelisihi-Nya, termasuk orang ahlut takyif (orang yang bertanya tentang bagaimana hakikat sifat Allah subhaanahu wa ta’aalaa) dan ahlut tamtsil (orang yang memisalkan sifat Allah subhaanahu wa ta’aalaa dengan sifat makhluk-Nya). Allah juga menyucikan diri-Nya dari orang-orang yang meniadakan sifat-sifat bagi Allah, termasuk di dalamnya ahlut tahrif (orang yang merubah-rubah makna sifat dari makna yang sebenarnya) dan ahlut ta’thil (orang yang menolak adanya sifat-sifat bagi Allah), Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمّا يَصِفُوْنَ . وَسَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

“Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam.” Ash-Shaffat: 180-182

Adapun al-Firqatun Najiyah, mereka dalam hal perbuatan-perbuatan Allah subhaanahu wa ta’aalaa telah bersikap tengah antara Qadariyah (kelompok yang mengingkari takdir) dan Jabriyah (kelompok yang menetapkan takdir tetapi meniadakan kehendak bagi manusia), dalam hal ancaman Allah mereka bersikap tengah antara Murji`ah (kelompok yang menyatakan bahwa perbuatan maksiat seorang hamba tidak akan berakibat siksaan atasnya) dan Wa’idiyyah (kelompok yang berlebihan dalam menetapkan ancaman Allah). Al-Firqatun Najiyah dalam hal keimanan dan agama mereka bersikap tengah antara Haruriyah dan Mu’tazilah, juga pertengahan antara Murji`ah dan Jahmiyah. Adapun tentang para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, al-Firqatun Najiyah bersikap tengah antara Rafidhah dan Khawarij.

Aku berkeyakinan bahwa Al-Qur`an adalah Kalamullah yang diturunkan dari-Nya dan bukan makhluk. Al-Qur`an itu bermula dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya pula. Aku berkeyakinan bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa benar-benar berbicara dengan Al-Qur`an itu, dan Allah menurunkan Al-Qur`an kepada Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, hamba, utusan, dan kepercayaan-Nya melalui wahyu dan perantara antara Dia dan hamba-hamba-Nya. Aku beriman bahwa Allah subhaanahu wa ta’aalaa mengerjakan segala yang Allah kehendaki, tidak ada satu pun yang terjadi melainkan atas kehendak-Nya, dan tidak ada satu pun yang keluar dari keinginan-Nya. Tidak ada satu pun di alam ini yang keluar dari takdir-Nya, dan tidak ada satu pun yang muncul melainkan termasuk dalam pengaturan-Nya. Tidak ada tempat menghindar bagi siapapun untuk terlepas dari takdir yang ditentukan, dan tidak ada seorang pun yang bisa melebihi apa yang telah dituliskan baginya di dalam lembaran yang tertulis.

Aku meyakini wajibnya beriman kepada segala hal yang Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kabarkan tentang perkara yang akan terjadi setelah kematian. Sehingga aku beriman kepada ujian dan nikmat kubur, aku beriman kepada peristiwa dikembalikannya ruh-ruh ke dalam jasad-jasadnya, yang kemudian manusia semuanya berdiri menuju Rabbul ‘Alamin dalam keadaan mereka itu tidak beralas kaki, telanjang dan tidak membawa bekal. Sementara matahari menjadi dekat dengan mereka. Kemudian timbangan-timbangan ditegakkan, sehingga amalan-amalan para hamba ditimbang dengannya. Siapa saja yang timbangannya berat maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, dan siapa saja yang timbangannya ringan maka mereka itulah yang merugikan diri-diri mereka, dan mereka kekal di dalam neraka selamanya. Lalu buku-buku catatan amalan dibagikan, maka sebagian mereka mengambil dengan tangan kanan dan sebagian mereka mengambil dengan tangan kirinya.

Aku beriman kepada telaga Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam di tempat berkumpulnya manusia pada hari kiamat nanti. Air telaga itu lebih putih daripada susu, lebih manis daripada madu. Bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang di langit. Barangsiapa meminum satu teguk saja dari telaga itu niscaya setelah itu dia tidak akan merasa haus selamanya. Aku pun beriman bahwa ash-Shirath (jembatan) itu dibentangkan di atas tepi Jahannam, manusia akan melintasinya menurut kadar amalan-amalan mereka.

Aku beriman kepada syafaat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan aku beriman bahwa beliau adalah orang pertama yang menyampaikan syafaat dan yang pertama diberi syafaat. Tidak ada seorang pun yang mengingkari syafaat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kecuali para penyeru bid’ah dan kesesatan. Akan tetapi syafaat itu tidak akan terjadi kecuali setelah izin dan ridha Allah, sebagaimana firman-Nya:

وَلاَ يَشْفَعُوْنَ إلاَّ لِمَنْ ارْتَضَى

“Mereka tidak memberi syafaat kecuali kepada orang-orang yang Allah meridhainya.” Al-Anbiya`: 28 Dan Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إلاَّ بِإِذْنِهِ “Tidak ada seorang pun yang memberi syafaat di sisi-Nya kecuali dengan izin-Nya.” Al-Baqarah: 255 Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِيْ السَّمَوَاتِ لا تُغْنِيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْئاً إلاَّ مِنْ بَعْدِ أنْ يَأذَنَ اللهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى “Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka tidak akan bermanfaat kecuali setelah Allah mengijinkan bagi orang yang Allah kehendaki dan Allah ridhai.” An-Najm: 26 Allah subhaanahu wa ta’aalaa tidak akan meridhai selain kepada orang yang bertauhid. Adapun orang-orang musyrik, maka mereka tidak mendapatkan sedikit pun bagian dari syafaat tersebut. Sebagaimana Allah subhaanahu wa ta’aalaa firmankan:

فَمَا تَنْفَعُهُمُ شَفَاعَةُ الشَّافِعِيْنَ

“Tidak akan bermanfaat bagi mereka syafaat orang-orang yang memberi syafaat.” Al-Muddatstsir: 48

Aku beriman bahwa surga dan neraka adalah dua makhluk yang keduanya telah tercipta. Surga dan neraka telah ada pada hari ini dan keduanya tidak akan sirna. Aku beriman bahwa kaum mukminun akan melihat Rabb mereka dengan mata kepala mereka pada hari kiamat nanti. Mereka akan melihat-Nya sebagaimana mereka melihat bulan purnama, yakni mereka tidak terhalangi (tidak berdesakan) ketika melihatnya.

Aku beriman bahwa Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi dan Rasul. Tidak akan sah iman seorang hamba sampai dia beriman kepada risalah beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bersaksi dengan kenabian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Aku beriman bahwa umat yang paling utama ialah Abu Bakr ash-Shiddiq, kemudian ‘Umar al-Faruq, kemudian ‘Utsman Dzun Nurain kemudian ‘Ali al-Murtadha, kemudian sahabat yang lain yang termasuk dalam 10 orang (yang telah dipersaksikan bahwa mereka akan masuk surga), kemudian para sahabat yang ikut perang Badr, kemudian para sahabat yang ikut dalam baiat di bawah pohon dalam Bai’atur Ridhwan, kemudian seluruh sahabat radhiyallahu ‘anhum. Aku mencintai para sahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan aku menyebut kebaikan-kebaikan mereka, aku mengakui keridhaan Allah subhaanahu wa ta’aalaa atas mereka, dan aku memintakan ampun untuk mereka. Aku menahan diri dari menyebutkan kejelekan mereka, aku tidak berbicara tentang apa yang mereka perselisihkan di antara mereka. Aku meyakini keutamaan mereka, sebagai bentuk pengamalan firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa:

وَالَّذِيْنَ جَاؤُا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوُلُوْنَ رَبّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبّنَا إنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan orang-orang yang datang setelah mereka yang berkata,”Wahai Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan, dan jangan engkau jadikan di dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” Al-Hasyr: 10

Dan aku menyatakan keridhaan Allah subhaanahu wa ta’aalaa atas Ummahatul Mukminin (para ibunda kaum mukminin), yang mereka itu disucikan dari segala bentuk kejelekan.

Dan aku menetapkan karamah para wali Allah subhaanahu wa ta’aalaa serta mukasyafah (firasat) mereka. Akan tetapi mereka tidak memiliki hak sedikit pun dari hak-hak Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Tidak boleh diminta dari mereka segala perkara yang tidak dimampui selain oleh Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Dan aku tidak mempersaksikan atas seorang pun dari kaum muslimin dengan surga maupun neraka kecuali orang-orang yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi aku berharap bagi orang yang berbuat baik (untuk mendapat surga) dan aku menakutkan (terjatuh ke dalam neraka) atas diri orang yang berbuat buruk. Dan aku tidak mengkafirkan seorang pun dari kaum muslimin dengan suatu dosa, dan aku tidak mengeluarkannya dari lingkaran Islam. Aku pun berpandangan bahwa jihad akan terus tegak bersama setiap pemimpin, yang baik maupun yang jahat. Shalat jamaah di belakang mereka pun tetap diperbolehkan.


Dan jihad tetap berlangsung semenjak Allah subhaanahu wa ta’aalaa mengutus Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sampai golongan terakhir dari umat ini berperang melawan Dajjal. Kejahatan seorang yang jahat dan keadilan seorang yang adil tidak bisa membatalkan (meniadakan) jihad itu. Aku juga berpandangan bahwa wajib untuk mendengar dan taat kepada para pemimpin kaum muslimin, yang baik maupun yang jahat, selama mereka tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa.

Siapapun yang menduduki kekhilafahan dan manusia bersepakat atas kepemimpinannya, mereka ridha atasnya sedangkan dia menang atas mereka dengan pedangnya hingga menjadi khalifah maka wajib menaatinya. Memberontak kepadanya adalah haram. Aku pun memandang bahwa hajr (meninggalkan) penyeru bid’ah dan memisahkan diri darinya berlaku sampai mereka bertaubat. Aku menghukumi mereka berdasar apa yang tampak dari mereka, dan aku menyerahkan rahasia-rahasia mereka kepada Allah subhaanahu wa ta’aalaa. Dan aku meyakini bahwa segala perkara yang diada-adakan dalam agama ini adalah bid’ah.


Aku meyakini bahwa iman itu adalah ucapan dengan lisan, perbuatan dengan anggota badan, keyakinan dengan hati. Aku meyakini bahwa iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Aku juga berkeyakinan bahwa iman itu memiliki 70 sekian cabang, yang paling tinggi adalah syahadat Laa ilaha illallah, yang paling bawah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Aku memandang wajib untuk memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran, sesuai dengan yang diwajibkan oleh syariat Muhammadiyyah yang suci.


Inilah akidah yang ringkas, aku menulisnya dalam keadaanku yang sibuk. Dengan tujuan agar kalian mengetahui apa yang ada di sisiku, dan Allah saksi atas apa yang kita ucapkan.

Kemudian setelah itu, tidak tersamarkan bagi kalian bahwa telah sampai kepadaku berita bahwa surat dari Sulaiman bin Sahim telah sampai kepada kalian. Dan sebagian orang yang menisbahkan dirinya kepada ilmu di antara kalian telah menerima dan membenarkannya. Dan sungguh, Allah subhaanahu wa ta’aalaa Mengetahui bahwa laki-laki itu (Sulaiman) telah berdusta atas namaku dengan banyak hal yang aku tidak pernah mengatakannya, dan sebagian besar dari perkara-perkara itu tidak terlintas di pikiranku. Di antara perkara yang ia tuduhkan itu ialah ucapannya bahwa:

- Aku membatilkan (menolak) kitab-kitab empat madzhab. - Aku mengatakan bahwa manusia sejak 600 tahun mereka tidak berada di atas sesuatu pun, dan ucapannya bahwa aku mengaku berhak untuk berijtihad. - Aku keluar dari taklid dan aku berkata bahwa perselisihan ulama adalah adzab. - Aku mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang shalih. - Aku mengkafirkan al-Bushiri disebabkan ucapannya, “Ya akramal khalqi.” - Aku berucap bahwa sekiranya aku bisa merobohkan kubah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam niscaya aku akan merobohkannya. Dan sekiranya aku berkuasa atas Ka’bah niscaya aku jadikan saluran airnya dari kayu. - Aku mengharamkan untuk menziarahi kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan aku mengingkari ziarah kubur kedua orang tua dan yang selain keduanya. -

Aku mengkafirkan orang yang bersumpah dengan selain Allah subhaanahu wa ta’aalaa. - Aku mengkafirkan Ibnul Faridh dan Ibnu ‘Arabi. - Aku membakar buku Dala`ilul Khairat dan Raudhur Riyahain dan aku menamainya Raudhusy Syayathin. Jawabanku terhadap perkara-perkara ini dengan aku katakan, “Subhaanaka hadza buhtanun ‘azhim (Maha Suci Engkau ya Allah, ini adalah kedustaan yang besar).” Sebelum ini, ada orang yang membuat kedustaan bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam mencela ‘Isa bin Maryam dan mencela orang-orang shalih. Maka sungguh, hati-hati mereka memiliki keserupaan dengan kebohongan yang dibuat-buat dan perkataan dusta. Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman:

إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِيْنَ لاَ يُؤْمِنُوْنَ بِآيَاتِ اللهِ وَأُلَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُوْنَ “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” An-Nahl: 105


Mereka telah berdusta terhadap Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Sesungguhnya para malaikat, ‘Isa dan ‘Uzair berada di dalam neraka.” Kemudian Allah subhaanahu wa ta’aalaa menurunkan tentang hal ini:

إِنَّ الَّذِيْنَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِّنَّا الْحُسْنَى أُوْلَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُوْنَ

“Bahwasanya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka.” Al-Anbiya`: 101 Adapun permasalahan-permasalahan yang lain, yakni bahwa aku berkata: - Tidak sempurna keislaman seseorang sampai dia mengetahui makna Laa ilaha illallah dan aku menjelaskan maknanya kepada orang yang datang kepadaku. - Aku mengkafirkan orang yang bernadzar jika ia berkeinginan dengan nadzar itu untuk mendekatkan diri kepada selain Allah dan melakukan nadzar semata-mata bertujuan untuk itu. - Bahwa menyembelih untuk selain Allah adalah kekufuran, dan sembelihannya haram untuk dimakan. Maka permasalahan-permasalahan ini benar dariku dan aku lah yang mengatakannya. Aku memiliki dalil-dalil dari Kalamullah dan ucapan Rasul-Nya shallallaahu ‘alaihi wa sallam, juga dari ucapan para ulama yang diikuti semisal imam yang empat. Jika Allah memudahkan, aku akan menjelaskan jawabannya di dalam risalah tersendiri Insya Allah ta’ala.

Kemudian ketahui dan renungkanlah firman Allah subhaanahu wa ta’aalaa:

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوْا أَنْ تُصِيْبُوْا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِيْنَ “

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Al-Hujurat: 6

FAKTA ITU BUAT BERFIKIR BAGI WARGA MUHAMMADIYAH,DEGAN MENGGILANYA FATWA SALAFY WAHABI YANG MENGAMBIL KESESATAN MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB,KARNA PADA KENYATANYA IBNU TAIMIYAH,ALBANI,KH.AHMAD DAHLAN,SEBAGAIMANA KITA BACA DI ATAS,JIKA KESESATAN MULAI DAPAT DIKONSUMSI SECARA PUBLIK DEWASA INI,DAN MEMAHAMI KESESATANNYA,MAKA ADA ALASAN BAGI WARGA MUHAMMADIYAH MERUJUK SEPERTI APA YANG DITOBATKAN TOKOH-TOKOH AL-MUJADID MEREKA,KARENA AL-MUJADID MEREKA MUNDUR.

Tapi sejak beratus-ratus Tahun yang silam Fatwa sebagai Al-Mujadid -lah yang dijalankan,mengkafirkan,memgharamkan,membid'ahkan dan memusyrikan,churafat dan sebagainya yang dimisikan itu telah berbilang abat menjadi Zikir para cendikiawan wahabi, sehari-hari. Buku –buku kemunduran Al-Mujadid dan ulamak pewarisnya Wahabi di peti eskan sehinnga keyataan mereka yang kembali ke Ahlussunah Wal-Jama'ah sekedar untuk bersilat lidah ,manakala terdesak,kesesatanya terungkap secara publik.

sehingga misi sang Mujadid hanya di fokuskan kepada pendidikan Nasional di berbagai negara. Kini terkuak semua kesesatanya dapad dikonsumsi semua orang,degan hadirnya Salafy Wahabi dan fakta Bani Saudi kembali ke Lata dan Uza LATA DAN UZZA AKAN DISEMBAH KEMBALI RASULULLAH BERSABDA : Malam dan siang tidak akan lenyap sehingga laataa dan uzza disembah. kemudian Aisyah berkata: wahai Rosulullah, sesungguhnya aku sebelumnya menduga ketika Allah menurunkan ayat: `Dialah yang mengutus rosulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dia memenangkanya di atas segala agama meskipun orang orang musyrik benci [Ash-Shaff: 9] bahwa kemenangan agama ini sudah sempurna.

Maka beliau bersabda: sesungguhnya hal itu akan berlangsung selama yang Allah kehendaki. kemudian Allah mengirimkan angin yang baik lalu mencabut nyawa siapa saja yang didalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi, dan yang tersisa tinggal orang-orang yang tidak memiliki iman sekali, sehingga mereka kembali kepada agama nenek moyang mereka. HR.Imam muslim dan lainya

sebelum membahas hadis ini, sebaiknya buang jauh jauh dari pikiran anda bahwa hadis hadis rosulullah saling bertentangan. dan hadis ini bisa menjadi i`tibar bagi orang yang benar benar mencari kejelasan. dalam hadis ini Rosulullah mengabarkan bahwa laataa dan uzza akan disembah kembali. kemudian Aisyah terkejut atas dasar perkataan Rosulullah tersebut. Aisyah beralasan dengan surat ash shaff ayat 9 yang menjelaskan bahwa agama islam akan dimenangkan diatas segala agama.

Mendengar perkataan Aisyah, Rosulullah pun tidak menyalahkan apa yang dikatakan Aisyah, dan beliau bersabda bahwa hal itu akan berlangsung selama yang Allah kehendaki. sekarang coba anda pikirkan dalam dalam alasan Aisyah yang menyangkal perkataan Rosulullah bahwa laataa dan uzza akan disembah kembali, dan rosulullah tidak menyalahkan Aisyah karena memang ayatnya bersifat mutlak. tetapi rosulullah pun menjelaskan bahwa kemutlakan itu bukan tanpa batas dengan sabdanya; hal itu akan berlangsung selama yang Allah kehendaki. dan pada dasarnya perkataan Rosululah yang mengatakan bahwa laataa dan uzza akan disembah kembali, itu bertentangan dengan surat Ash shaff. dan jawaban beliau telah menguraikan perkataan aisyah.


Artinya laataa dan uzza yang akan disembah kembali, itu tidak bertentangan dengan surat ash shaff, karena sifat ayat itu akan berlaku selama yang Allah kehendaki.

Dan keyataanya : LATA DAN UZZA DISEMBAH KEMBALI ,silahkan tonton bukti Bani Saud kembali ke penyembahan berhala,disamping segala lambang Dajjal ada di Jedah,Riadh. PENYEMBAHAN KEPADA LATA DAN UZA :
http://www.youtube.com/watch?v=k8kMXasJdkI SELAYANG PANDANG TIGA KUBU MUJAHIDIN INTERNASIONAL


https://www.facebook.com/photo.php?fbid=574974802549330&set=pcb.574976202549190&type=1&theater SEMOGA BERMANFA'AT


ALLAHUMMA SOLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA
DAN MASIH ADA KITAB KH.AHMAD DAHALAN PERSIS SEPERTI DIATAS ,LALU ?



Allahumma soli’ala sayyidina Muhammad Wa’ala alihi wa ashabihi Ajma’in

Semoga bermanfa’at !

https://www.facebook.com/notes/herman-maulana/dibalik-sentimen-dai/582496588463818



Tidak ada komentar:

Posting Komentar